Ilustrasi (borneonews.co.id) |
Tahapan pemilihan
Kepala Daerah (pilkada) serentak 2020 sudah dimulai oleh Komisi Pemilihan Umum.
Di Sulawesi Tenggara, ada tujuh kabupaten yang akan melaksanakan pesta
demokrasi lima tahunan tersebut, yaitu; Kabupaten Muna, Konawe Selatan, Konawe
Utara, Wakatobi, Buton Utara, Konawe Kepulauan, dan Kolaka Timur. Tahun 2020
nanti, masa jabatan bupati ketujuh daerah yang telah disebutkan akan berakhir
sehingga harus kembali dilakukan pemilihan untuk menentukan siapa pelanjut
estafet kepemimpinan. Masa kepemimpinan Kepala Daerah maksimal 2 (dua) periode,
maka bagi kepala daerah yang baru menjabat satu periode dimungkinkan kembali
mencalonkan diri untuk dipilih oleh masyarakat. Demikian pula Kepala Daerah di
tujuh daerah tersebut baru menjabat satu periode, maka potensi lahirnya calon
petahana sangat niscaya. Pada konteks ini, pilkada akan menghadirkan dua poros
kekuatan yang saling berhadapan yaitu kandidat petahana dan kandidat penantang.
Bagaimana kelebihan dan kekurangan petahana serta peluang penantang?
Potensi
Petahana
Ibarat dua sisi
mata uang, kandidat petahana mempunyai kelebihan sekaligus kekurangan. Keunggulan yang dimiliki oleh petahana adalah
popularitas yang tinggi. Masa jabatan selama satu periode menjadikannya sangat populer
di mata masyarakat. Terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, publikasi
melalui media cetak maupun media sosial, baliho, spanduk, dan panflet yang berseliweran
pada setiap momen kegiatan daerah, penyaluran bantuan sosial, dan berbagai
kegiatan yang melibatkan langsung bupati menjadikan popularitasnya tidak
tertandingi. Bisa jadi, inilah sebab, mengapa setiap kali lembaga survei merilis
hasil survei dalam memotret popularitas calon kepala daerah, calon petahana
selalu menempati peringkat teratas. Meskipun tidak selamanya popularitas yang
tinggi akan berbanding lurus dengan elektabilitas yang tinggi pula. Tingkat keterpilihan
atau elektabilitas tidak hanya ditentukan oleh faktor dikenal tetapi lebih
ditentukan oleh faktor disukai oleh pemilih. Banyak calon yang tingkat keterkenalannya
sangat tinggi tetapi diabaikan oleh pemilih karena tidak disukai.
Pada saat yang
sama, masyarakat juga dapat menilai petahana baik pada aspek kepemimpinan, pola
komunikasi, maupun pada sisi kepribadian. Keterpilihan kandidat petahana sangat
ditentukan oleh kinerjanya selama lima tahun masa kepemimpinan. Jika kepemimpinan
yang dihadirkan adalah mengayomi masyarakat, meningkatkan kesejahterakan, mengurangi
pengangguran, membawa perubahan, dan mewujudkan pembangunan, maka tingkat
kesukaan masyarakat akan semakin tinggi. Namun jika sebaliknya, maka masyarakat
akan antipati dan tidak memilihnya. Demikian halnya pada aspek komunikasi dan
kepribadian, cara petahana menyapa serta memberlakukan warganya, suka menolong,
senang berbagi, berprilaku sopan dan santun, serta rajin beribadah, sangat berpengaruh
terhadap tingkat kesukaan masyarakat. Semakin tinggi kadar kesukaan masyarakat
maka semakin tinggi kemungkinan untuk dipilih, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian, problem yang dihadapi
petahana bukan pada aspek keterkenalan (dikenal) tetapi pada aspek kesukaan
(disukai). Bagi petahana, langkah sosialisasi dan pencitraan sudah tidak
penting karena masyarakat sudah mengenali dan mengetahui kemampuan yang dimiliki.
Masa kepemimpinan selama satu periode adalah ruang evaluasi bagi petahana apakah
masih layak atau tidak layak dipilih kembali. Susah maupun senang, tepat janji
atau ingkar janji, manis atau pahit yang dirasakan masyarakat merupakan faktor
penentunya.
Peluang
Penantang
Tidak mudah memang
mengalahkan petahana. Banyaknya kepala daerah yang menjabat dua periode menunjukan
bahwa calon petahana mempunyai kekuatan yang patut diperhitungkan. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa kandidat penantang tidak memiliki kans untuk
memenangkan kontestasi. Data hasil pilkada serentak 2015 di Sulawesi Tenggara menunjukan
bahwa ada tiga daerah dimana kandidat petahana tumbang oleh kandidat penantang,
yaitu; Kabupaten Muna, Kabupaten Buton Utara, dan Kabupaten Konawe Utara. Tumbangnya
kandidat petahana pada tiga daerah tersebut merupakan signal bahwa peluang
penantang memenangkan pilkada selalu terbuka.
Peluang penantang dipengaruhi
oleh kinerja petahana selama memimpin daerah. Dukungan suara yang diharapkan oleh kandidat
penantang adalah kelompok masyarakat yang kecewa atau tidak puas dengan kinerja
petahana, entah karena kesejahteraan yang tidak meningkat, pembangunan yang tidak
merata, kesempatan kerja yang tidak terbuka, atau manajemen birokrasi yang
tidak sehat. Hal ini misalnya dapat diketahui melalui angka kemiskinan dan
pengangguran yang tidak turun, daya beli masyarakat rendah, perbaikan sarana
dan prasarana yang tidak adil dan merata, serta promosi jabatan yang hanya
mengedepankan keluarga dan “tim sukses”.
Namun faktor
paling dominan yang menentukan besarnya peluang menang bagi penantang adalah
kekuatan figur. Figur yang didorong menantang petahana adalah tokoh yang memiliki
modal politik yang komplit. Dia tidak hanya unggul dalam satu aspek, tetapi
harus unggul dalam banyak aspek. Memiliki modal kapital untuk cost
politik, memiliki basis konstituen yang jelas, memiliki jaringan relawan hingga
tingkat desa dan kampung, memiliki visi dan misi serta program yang sesuai kebutuhan
masyarakat, serta memiliki akhlak yang baik. Kandidat penantang harus
diposisikan sebagai antitesa dari kandidat petahana. Pilkada DKI yang menghadirkan
Anies Baswedan (kandidat penantang) sebagai antitesa Ahok (kandidat petahana) dapat
menjadi pelajaran. Ahok yang dianggap emosional diperhadapkan dengan Anis yang
dianggap penyayang, dan ternyata jitu karena Anis pada akhirnya memenangkan
konstestasi.
Peluang penantang
juga sangat ditentukan oleh rentang waktu pelaksanaan pilkada. Hal ini
berkaitan erat dengan upaya meningkatkan popularitas penantang yang masih jauh
tertinggal oleh petahana. Mengenalkan kandidat penantang membutuhkan langkah sosialisasi
yang ekstra ke seluruh pelosok daerah pemilihan. Karena itu, waktu yang singkat
akan menjadi kendala penantang dalam mengenalkan diri kepada konstituen.
Muhtadi
(2019:113) mengatakan bahwa secara elektoral, jauh lebih susah membuat
orang yang awalnya tidak suka menjadi suka. Sebaliknya, jauh lebih mudah
membuat orang yang awalnya tidak dikenal menjadi kenal. Meskipun, meningkatkan popularitas (dikenal) tidak serumit meningkatkan
elektabilitas (dipilih), namun upaya sosialisasi tetap penting dilakukan, karena
masyarakat pada umumnya memilih calon yang ia kenal.
Kans penantang juga ditentukan oleh kendaraan
yang digunakan dalam memasuki ruang kontestasi. Apakah diusung melalui koalisi
partai-partai besar, koalisi partai-partai kecil, atau melalui jalur independen.
Meskipun masing-masing pintu mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi
dukungan partai-partai besar sangat menentukan kans kandidat. Jumlah kursi yang
banyak di parlemen merupakan indikator bahwa partai tersebut mempunyai basis pendukung yang tidak diragukan. Apakah ini berarti bahwa peluang kandidat penantang yang diusung
oleh koalisi partai-partai kecil dan atau melalui jalur independen sangat tipis
untuk menang? Kendaraan yang digunakan hanyalah faktor pelengkap, yang paling
utama adalah kekuatan figur. Faktanya, ada beberapa pilkada yang dimenangkan
oleh kandidat yang diusung oleh koalisi partai-partai kecil atau melalui jalur independen
karena figur yang diusung sangat disukai oleh masyarakat. Kabupaten Rote Ndou
di NTT, Kabupaten Batubara di Sumut, dan Kabupaten Garut di Jabar adalah contoh
tiga daerah yang dimenangkan oleh calon independen (nasional.tempo.co). Begitupula,
ada pilkada yang dimenangkan oleh kotak kosong karena kandidat yang diusung rame-rame
partai politik lebih sedikit pemilihnya. Wallahu a’lam bish-shawab
Kendari, 06 Desember 2019
Kendari, 06 Desember 2019
Sahara Sands Casino: 50% Bonus + 50 Free Spins
BalasHapusSahara Sands Casino: 50% Bonus 바카라 사이트 + 50 Free Spins | Online casinos are one of the top names in the gambling 바카라 사이트 world, and it has more 샌즈카지노 than a decade to offer a
Even when you accidentally use metallic utensils, your cookware will shrug off most scratches. Nevertheless, its durability and weight makes it greatest option|the best choice|the best suited choice} for tenting trips, holiday holidays, and anytime you’re probably to|prone to} be cooking away from home. There are two forms of titanium cookware – pure titanium and titanium infused. These brands have full cookware units that embrace eight to seventeen pieces of cookware. Both titanium and ceramic cookware have similar properties titanium and are a safer alternative to conventional non-stick cookware.
BalasHapus