BELAJAR DARI RUMAH


Ilustrasi (copy from megapolitan.id)
Study from Home (SFH) atau Belajar dari Rumah, mungkin menjadi hal baru dalam dunia sekolah. Selama ini, sekolah hanya terbiasa dengan pembelajaran klasikal yang melibatkan interaksi guru-murid secara tatap muka dalam ruang kelas. Tetapi kebijakan belajar dari rumah “terpaksa” dilakukan ditengah merebaknya Corona Virus Disease (Covid-19) yang telah melanda banyak negara termasuk Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil langkah cepat menginstruksikan siswa untuk belajar dari rumah sementara waktu. Kebijakan ini sengaja diambil sebagai langkah preventif mencegah terjadinya penularan pada peserta didik, sekaligus memutus mata rantai penyebaran virus melalui institusi sekolah. Lalu, bagaimana mekanisme pelaksanaan “Belajar dari Rumah”?
Tidak ada pedoman baku sebagai acuan dalam pelaksanaan program belajar dari rumah. Kementerian pendidikan hanya menegaskan bahwa belajar dari rumah dilaksanakan melalui daring (dalam jaringan). Interaksi belajar antara guru dengan murid terkoneksi melalui aplikasi gadget dan jaringan internet. Akan tetapi, interaksi pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan seringkali terkendala oleh tiga hal. Pertama, aspek siswa. Masih banyak siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu terutama dari daerah-daerah pedesaan. Jangankan untuk membeli smarthone, membeli uniform sekolah atau kebutuhan lainnya saja masih kesulitan. Kedua, aspek sekolah. Masih banyak sekolah yang belum memiliki akses internet, terutama sekolah-sekolah yang berada di wilayah terpencil. Ketiga, aspek guru. Harus diakui bahwa masih banyak guru yang meskipun sudah menerima tunjangan sertifikasi sebagai guru profesional, namun masih gagap dalam penggunaan teknologi IT dan kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran online. Tiga aspek tersebut merupakan satu mata rantai yang saling mempengaruhi. Mungkin gurunya melek teknologi, tersedia jaringan di sekolah, tetapi siswa tidak memiliki smartphone atau komputer di rumah; mungkin jaringan tersedia, siswa juga memiliki smartphone tetapi gurunya masih gagap teknologi; atau siswa memiliki smartphone, gurunya melek teknologi, tetapi jaringan di sekolah tidak ada. Keadaan tersebut dapat saja terjadi yang mengakibatkan tidak maksimalnya kegiatan belajar dari rumah.
Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan identifikasi dan pengelompokan siswa yang memiliki dengan yang tidak memiliki  smartphone/komputer. Bagi siswa yang memiliki smartphone/komputer, belajar dari rumah dilakukan melalui daring (online). Adapun siswa yang tidak memiliki smartphone, belajar dari rumah dapat dilakukan melalui penugasan (offline). Materi pembelajaran adalah sama yang membedakan hanyalah sarana atau media yang digunakan dalam pembelajaran.
Langkah berikutnya adalah memastikan jenis aplikasi yang digunakan serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Ada banyak jenis aplikasi pembelajaran daring kerjasama Kemendikbud yang dapat diunduh secara gratis. Sebut saja Rumah Belajar, Meja Kita, Google for Education, Kelas Pintar, Ruang Guru, dan lain sebagainya. Beberapa jenis aplikasi tersebut dapat menjadi pilihan untuk mewujudkan program belajar dari rumah. Tetapi perlu adanya kesepakatan, untuk memastikan bahwa aplikasi yang akan digunakan telah tersedia di masing-masing gadget yang dimiliki siswa. Jika siswa masih kesulitan belajar melalui aplikasi, maka pembelajaran dapat juga dilakukan melalui WhatsApp group dengan mekanisme yang telah disepakati bersama. Pada konteks ini, penentuan waktu sangat penting agar waktu tidak tersita karena saling tunggu antara guru dan murid. Demikian pula pada kelas pembelajaran offline, jenis tugas dan waktu pengumpulan tugas perlu disepakati agar kegiatan pembelajaran dapat lebih terarah.
Langkah terakhir adalah menentukan mekanisme penilaian dan evaluasi. Kegiatan belajar dari rumah, apakah mempunyai hasil yang positif atau biasa saja. Apakah pembelajaran melalui daring memberikan pengalaman bermakna (meaningful) bagi siswa atau justru menyulitkan? Dengan demikian, yang harus dipahami oleh guru adalah tujuan belajar dari rumah melalui daring. Belajar dari rumah bertujuan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani oleh tuntutan pencapaian target kurikulum baik untuk penilaian buku rapor, kenaikan kelas maupun kelulusan. Oleh karena itu, belajar dari rumah hendaknya difokuskan pada penguatan nilai-nilai karakter, pembiasaan ibadah, dan life skill terutama pembiasaan hidup sehat agar terhindar dari ancaman Covid-19. Bagaimana siswa lebih patuh dan taat terhadap anjuran guru dan orang tua, meningkatkan kebiasaan dan kekhusyu’an dalam beribadah, serta melakukan hal-hal yang dianjurkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta menggunakan masker, adalah hal-hal yang perlu menjadi penekanan.
Dengan demikian, tolak ukur keberhasilan program “study from home” tidak dinilai berdasarkan angka-angka. Keberhasilan belajar dari rumah adalah ketika siswa semakin baik akhlaknya, semakin rajin dan khusyuk ibadahnya, dan semakin pandai dan disiplin menjaga kesehatannya. Kita sepakat bahwa, Corona Virus Disease (COVID-19) adalah alasan utama pemerintah menerapkan program belajar dari rumah. Kita juga yakin sembari berdoa bahwa ancaman virus yang telah menjadi pandemi ini akan segera berakhir. Namun, bisa saja ke depan akan muncul lagi virus baru yang entah apa sebutannya. Yang pasti bahwa ketika siswa semakin baik akhlaknya, semakin rajin dan khusyuk ibadahnya, dan semakin pandai dan disiplin menjaga kesehatannya, wabah apapun yang datang Insya Allah akan baik-baik saja. Wallahu a’lam bish-shawab

Numana,  3 April 2020

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "BELAJAR DARI RUMAH"

Posting Komentar