Fildan Effect dan Pelajaran untuk Pilkada Serentak 2018



Ilustrasi

Tampilnya Fildan di panggung Dangdut Academy (DA 4) yang disiarkan langsung oleh salah satu tv nasional memunculkan sejuta cerita menarik bak sinetron yang hanya mengenal kata ‘bersambung’. Ada banyak cerita yang sedikit rumit dicerna secara logika, tetapi justru terjadi bahkan pada masyarakat yang menyandang label terdidik sekalipun. Lihatlah cerita bagaimana seorang guru Agama salah satu SMP yang dengan cepat membaca Ayat Kursi untuk Fildan ketika mengetahui bahwa idolanya itu mendapatkan lampu merah dari salah seorang juri. Ayat ke-255 dari surah Al Baqarah tersebut dibacanya dengan maksud agar Fildan tidak dieliminasi atau dikeluarkan dari panggung DA 4. Begitupula cerita tentang Pasar Malam di Kabupaten Wakatobi yang sepi penjual (bukan sepi pembeli) ketika Fildan tampil, atau cerita tentang para penjual di Pasar Wameo Baubau yang telat membuka kios-kios dagangannya karena terlambat bangun kelamaan begadang nonton performa Fildan. Atau cerita seorang teman yang rela ‘berpuasa’ untuk tidak merokok demi mengumpulkan harga pulsa guna mendukung Fildan, dan cerita tentang ibu rumah tangga yang rela menahan diri untuk tidak membeli martabak manis jajanan kesukaannya guna membeli pulsa untuk mendukung sang idola. Ada juga cerita tentang salah seorang pejabat daerah di Wakatobi yang sibuk mengkampanyekan kirim sms untuk mendukung Fildan pada acara nikahan keluarga, dan cerita tentang seorang teman yang sibuk mempelototin Fildan ketika sedang bernyanyi lalu mempraktekkannya kembali setelah Fildan tampil, atau lihatlah para pengagumnya dari Baubau dan berbagai daerah seperti Maluku dan Papua yang rela merogoh kocek dalam-dalam guna membeli tiket pesawat pulang pergi Jakarta hanya untuk menyaksikan penampilan Fildan secara live, lihatlah pula daftar antrian panjang masyarakat yang rela berdesak-desakan dibandara Baubau guna menanti kedatangan sang idola, dan masih banyak lagi.
Beda lagi dengan cerita penjual pulsa yang dengan sengaja memanfaatkan momentum DA 4 untuk meraup untung. Sang penjual pulsa sengaja menghembuskan isu tentang tingginya sms dukungan untuk Putri, dan dalam waktu sekejap pulsa jualannya habis dibeli oleh para pendukung Fildan.
Cerita-cerita tersebut menunjukan bahwa pesona Fildan sungguh luar biasa. Pada setiap penampilannya mampu menggerakan para pengagumnya untuk melakukan berbagai hal guna mendukungnya agar tetap eksis dan menjadi yang terbaik dipanggung DA 4. Mereka tidak pernah menghitung cost sms, tidak peduli dengan pembeli atau pelanggan, tidak peduli dengan “apa kata orang” demi Fildan sang pujaan hati. Inilah yang di istilahkan dengan Fildan Effect. Menariknya adalah pengagum Fildan tidak mengenal batas usia, profesi, dan wilayah. Para pengagum Fildan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga kakek-nenek; mulai dari pedagang asongan hingga pengusaha papan atas, pejabat rendahan hingga seorang Ketua DPRD, Walikota, dan bahkan Gubernur. Ada juga pedagang kaki lima, tukang becak, PNS, Guru, dan lain sebagainya; dan tersebar di berbagai daerah baik dalam wilayah Sulawesi maupun luar Sulawesi.  
Kini, Fildan telah ditetapkan sebagai juara DA 4. Apakah karir Fildan akan berakhir seiring berakhirnya kontes DA 4? Saya kira tidak. Ruang pengabdian bagi Fildan selalu terbentang luas sepanjang performance yang dimilikinya senantiasa dipertahankan dan tetap rendah hati. Dalam waktu dekat, masyarakat Sulawesi Tenggara, Kota Baubau, Konawe, dan Kolaka akan melaksanakan hajatan pilkada serentak. Momentum politik lokal tersebut dapat menjadi kesempatan bagi Fildan untuk menjaga dan mempertahankan eksistensinya sebagai penyanyi profesional. Pada konteks ini, Fildan mempunyai sisi menarik. Kemampuannya dalam bernyanyi serta memainkan alat musik, latar belakang kehidupannya yang penuh dengan cerita haru dan heroik, serta pengagumnya yang banyak tersebar diseluruh wilayah Sulawesi Tenggara dapat menjadi modal yang dapat dikapitalisasi untuk mendulang suara bagi pasangan calon kepala daerah tertentu. Ruangnya ada pada saat kampanye, dimana Fildan dapat dilibatkan didalamnya. Mengapa harus Fildan? Pertama, Fildan adalah anak daerah, sehingga dari aspek pembiayaan akan lebih efisien dibanding mendatangkan artis dari Jawa, dan pada aspek pencitraan pasangan calon akan dianggap memberdayakan potensi daerah atau pro dengan potensi lokal. Berbeda halnya ketika harus menghadirkan artis ibukota yang biayanya jauh lebih mahal, apakah lagi tidak pandai bernyanyi dan hanya mengandalkan goyangan erotis. Menghadirkan penyanyi seperti ini  hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi pasangan calon. Kedua, musiknya Fildan adalah musik dangdut, musik khas Indonesia yang digandrungi oleh semua kalangan. Dengan demikian, sangat mudah digunakan untuk memobilisasi orang banyak. Berbeda dengan musik pop yang hanya digemari oleh kalangan tertentu saja. Ketiga, pengagum Fildan sedang booming di wilayah Sulawesi Tenggara. Berkampanye dengan Fildan tentu akan menghadirkan massa dalam jumlah banyak, sehingga akan terbangun image bahwa pasangan tersebut di dukung atau disukai dan akan dipilih oleh orang banyak.
Mudah-mudahan kemenangan Fildan pada konteks DA 4 dapat dijadikan pelajaran oleh para aktor politik memasuki pilkada serentak 2018. Kemenangan Fildan tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang ia miliki, bukan karena memiliki keluarga terpandang, juga bukan karena orang tuanya adalah pejabat atau mantan pejabat negara. Kemenangan Fildan lebih ditentukan oleh Kompetensi yang dia miliki. Fildan memiliki pengetahuan, skill, berdedikasi, dan berintegritas. Faktor-faktor inilah yang menjadikannya terpilih tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Fildan cukup menyampaikan “dukung saya dengan cara ketik DA spasi FILDAN kirim ke 97288”, maka para pendukungnya pun melakukannya. Uang dari siapa? Apakah pendukungnya harus meminta uang pada Fildan untuk harga pulsa? Tidak. Semua dilakukan atas inisiatif sendiri dan juga dengan uang sendiri. Mereka tidak pernah menghitung jumlah pengorbanannya karena figur yang mereka pilih sesuai dengan preferensi mereka.
Calon pasangan kepala daerah sejatinya didukung bukan karena uangnya, bukan karena ketua partai, bukan karena keluarga terpandang atau keluarga pejabat, tetapi karena memiliki kompetensi, berdedikasi dan berintegritas. Tentu, harus ada pemahaman dari partai politik bahwa formula memenangkan pilkada lebih ditentukan oleh figur ketimbang partai. Partai hanyalah pintu masuk, sedangkan penentu kemenangan adalah figur itu sendiri. Jika calon yang diajukan memiliki kompetensi, kredibel dan sesuai preferensi publik, maka tanpa uang pun pasti akan dipilih oleh masyarakat. Tetapi, jika calon yang diusung tidak berkompetensi, tidak kredibel, dan jauh dari harapan masyarakat, maka jangan heran kalau masyarakat meninggalkannya. Wallahu a’lam bish-shawab

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Fildan Effect dan Pelajaran untuk Pilkada Serentak 2018"

Posting Komentar