Ilustrasi |
Pada beberapa abad yang lampau, pernah terjadi pengejaran oleh sekelompok
orang untuk membunuh dan menyalip seseorang ditiang gantungan. Kelompok pengejar
itu adalah orang-orang Yahudi sedangkan yang dikejar untuk dibunuh dan
digantung pada tiang salib adalah Isa bin Maryam. Bermula ketika Allah mengutus
Isa bin Maryam menjadi Nabi dan dianugerahi beberapa keistimewaan (mukjizat) seperti; dapat menyembuhkan
orang buta dan pengindap penyakit kusta, dapat menghidupkan orang yang sudah
meninggal atas izin Allah, serta dapat mengubah tanah berbentuk burung menjadi
seekor burung yang dapat terbang atas izin Allah. Meskipun dengan beberapa
keistimewaan yang dimilikinya, orang-orang Yahudi tetap tidak mau mengimani
ajaran yang dibawanya. Mereka justru mendustakannya serta menghalang-halangi
upaya dakwah yang dilakukan oleh Nabi Isa. Namun segala halangan dari
orang-orang Yahudi pendusta tidak mampu menyurutkan kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Isa as (‘alaihissalam).
Setelah semua usahanya tidak berhasil, orang-orang Yahudi lalu datang
menghasut raja Damaskus yang pada saat itu masih menyembah bintang-bintang. Disampaikanlah
bahwa di Baitul Maqdis telah datang seorang lelaki yang meresahkan masyarakat,
menyesatkan mereka, dan merusak keyakinan masyarakat yang berada di bawah
kekuasaan raja. Mendengar berita yang disampaikan, Raja kemudian marah dan
memerintahkan kepada Walikota Al-Quds untuk menangkap orangnya, menyalibnya dan
meletakkan mahkota berduri di atas kepalanya agar rakyatnya terbebas dari
propaganda sesatnya. Mendapatkan perintah dari sang raja, Walikota Al-Quds
langsung bergerak. Bersama sekelompok orang Yahudi mendatangi kediaman Isa bin
Maryam, pada waktu itu Nabi Isa masih bersama belasan anak buahnya. Peristiwa
itu terjadi pada hari Jumat malam sabtu. Mereka mengepung Isa as bersama
murid-muridnya. Setelah menyadari bahwa orang-orang Yahudi itu pasti akan masuk
ke rumah atau ia yang terpaksa keluar menemui mereka, Isa berkata kepada
murid-muridnya, “siapakah diantara kamu yang rela wajahnya diserupakan dengan
wajahku, maka ia akan menjadi pendampingku di Surga? Seorang murid yang usianya
paling muda mengajukan tugas ini, namun Nabi Isa menolak karena menganggapnya
terlalu muda. Ia mengulang penawarannya sampai tiga kali, namun tidak ada
seorang pun yang menyanggupinya kecuali pemuda tadi. Akhirnya, Nabi Isa as
berkata, “kalau begitu kamu saja yang mengemban tugas ini”. Setelah itu Allah
mengubah pemuda itu menyerupai Isa as, ia terlihat persis seperti Nabi Isa as.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada salah seorang murid Nabi Isa yang
berkhianat. Ia menerima imbalan sejumlah uang untuk menunjukkan keberadaan Nabi
Isa as. Murid yang berkhianat inilah yang diserupakan dengan Nabi Isa, dan
dialah yang ditangkap dan disalib oleh orang-orang Yahudi. Nama murid yang
berkhianat itu adalah Yudas Iskariyot
(F. Nursyam, 2016; 407-408).
Orang-orang Yahudi berhasil membobol atap rumah. Pada saat itulah, Nabi
Isa mengalami kantuk, ia lalu diangkat ke langit dalam keadaan tertidur.
Setelah Nabi Isa diangkat ke langit, murid-muridnya keluar dari rumah. Ketika
melihat wajah murid-muridnya, ada seorang pemuda yang wajahnya sangat mirip
dengan Isa bin Maryam. Dialah kemudian yang dibawa oleh orang-orang Yahudi,
lalu disalip dan diletakkan mahkota duri diatas kepalanya.
Peristiwa diangkatnya Nabi Isa as ke langkit oleh Allah diabadikan dalam
Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 55. Dikatakan bahwa,”wa izqalallahu yaa ‘Isa inniy mutawaffiyka warrafi’uka ilayya
wamutahhiruka minalladziyna kafaruw wajaa’ilulladziynattaba’uwka
fawqalladziynakafaruw ilaa yawmil qiyamah. Summa ilayya marji’ukum fa
ahkumubaynakum fiymaa kuntum fiyhi tahtalifuwn” (“ingatlah, ketika Allah
berfirman, “wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta
mensucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikutimu diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku
engkau kembali, lalu aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan”).
Para ulama berbeda pendapat dalam memandang proses diangkatnya Nabi Isa
as, terutama pada istilah “mutawaffiyka”
dan “warafi’uka ilayya”. Al Alusi
dalam tafsirnya Ruhul Ma’ani, setelah memberikan keterangan beberapa pendapat
tentang arti mutawaffiyka, akhirnya
menyatakan bahwa artinya telah mematikan engkau, yaitu menyempurnakan ajal
engkau (mustaufi ajalika) dan
mematikan engkau menurut jalan biasa, tidak sampai dikuasai oleh musuh yang
hendak membunuh engkau. Beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi’uka ilayya, dan mengangkat engkau kepadaku, telah mengangkat
derajat beliau, memuliakan beliau,
mendudukan beliau ditempat yang tinggi, yaitu roh beliau sesudah mati, bukan
mengangkat badannya. Sayyid Muhammad Abduh menjelaskan bahwa ulama didalam
menafsirkan ayat ini menempuh dua jalan, yang pertama dan yang masyhur adalah
bahwa Isa diangkat oleh Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup, dan nanti
dia akan turun kembali di akhir zaman dan menghukum diantara manusia dengan
syariat kita. Adapun pemaknaan yang kedua adalah memahamkan ayat menurut asli
yang tertulis, mengambil arti tawaffa
dengan makna yang nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa’a (angkat), ialah rohnya diangkat sesudah beliau mati. Sayyid
Rasyid Ridha menarik kesimpulan bahwa “jumlah kata tidaklah ada nash yang
sharih (tegas) di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh
dan nyawa ke langit dan hidup disana seperti di dunia ini, sehingga menurut
sunnatullah tentang makan dan minum, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang makan
beliau sehari-hari. Dan tidak pula ada nash yang sharih menyatakan beliau akan
turun dari langit. Itu hanyalah akidah dari kebanyakan kaum nasrani, sedang
mereka itu telah berusaha sejak lahirnya Islam menyebarkan kepercayaan ini
dalam kalangan kaum muslimin. Menurut Rasyid Ridha, masalah ini adalah masalah
khilafiyah sampaipun tentang diangkat ke langit dengan roh dan badannya. Syaikh
Mustafa al-Maraghi menjelaskan bahwa
“tidak ada dalam Al-Qur’an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa as
diangkat ke langit dengan tubuh dan nyawanya itu, dan bahwa dia sampai sekarang
masih hidup dengan tubuh nyawanya. Al Maraghi melanjutkan, adapun sabda Tuhan
mengatakan: “Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku dan
membersihkan engkau daripada orang-orang kafir itu!” jelaslah bahwa Allah
mewafatkannya dan mematikannya dan mengangkatnya, zahirlah (nyata) dengan
diangkatnya sesudah wafat itu, yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah,
sebagaimana Idris as (kanzunqalam.com).
Perbedaan pendapat dikalangan ulama sebagaimana diuraikan diatas hanya
terkait apakah Nabi Isa ketika diangkat ke langit oleh Allah, dimatikan dulu
baru dihidupkan kembali, atau hanya sekedar di hilangkan kesadarannya
sebagaimana orang tidur, lalu dihidupkan atau disadarkan ketika sudah diangkat
ke langit. Contoh yang paling dekat dengan pendapat ini adalah ketika orang
tidur dan bangun tidur. Ketika hendak tidur membaca do’a “bismika allahumma ahya wa amuwt” (dengan namamu ya Allah aku hidup
dan mati), demikian juga ketika bangun tidur membaca do’a “alhamdulillahilladziy ahyaana ba’da maa amaatana wa ilayhinnusyuur”
(segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati dan
hanya kepada-Nya kami kembali). Dengan demikian, istilah “mutawaffiyka” pada surat Ali Imran ayat 55, dimaknai bukan mati
yang sesungguhnya, tetapi dihilangkan kesadarannya sementara karena selanjutnya
diangkat ke langit oleh Allah SWT. Jumhur Ulama kemudian bersepakat dengan menafsirkan
bahwa beliau (Nabi Isa as) diangkat oleh Allah dengan tubuh dan nyawanya,
sehingga sampai sekarang ini masih hidup dengan tubuh dan nyawa. Dalam tafsir
Ath-Thabari, dikatakan bahwa “demi Allah, sesungguhnya Nabi Isa as sekarang
masih hidup di sisi Allah. Beliau nanti akan turun ke Bumi, semua orang akan
beriman kepadanya.
Maka jelaslah, bahwa Nabi Isa as belum meninggal dunia, apakah lagi
meninggal di tiang salib. Orang yang di salip oleh orang-orang Yahudi itu
adalah muridnya yang diserupakan dengannya atas kuasa Allah. Untuk lebih jelasnya, baca Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 156-158. Wallahu a’lam bish-shawab.
Komp. Samirono, Depok Sleman DIY, 15/04/2017
Belum ada tanggapan untuk "Apakah Nabi Isa sudah Meninggal?"
Posting Komentar