Hikmah Jum’at
Ilustrasi |
Disebutkan dalam riwayat bahwa setelah menikah dengan Sarah, Nabi Ibrahim
senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan keturunan yang baik. Salah satu
do’a Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat ash-shaffat ayat 100, adalah
“rabbi habliy minashalihiyn” (Ya
Tuhanku, anugehkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang
saleh). Namun, setelah sekian lama usia pernikahannya, keturunan yang selalu di
dambakan tidak kunjung hadir. Sarah belum juga hamil. Bahkan setelah 20 tahun
sejak kembalinya dari Mesir ke Baitul Maqdis, Sarah belum juga hamil. Akhirnya,
Sarah menghibahkan Hajar dan mengizinkan suaminya menikahinya. Keputusan ini
adalah hal yang sangat berat buat Sarah, namun ia ikhlaskan diri sembari
berharap bahwa semoga melalui Hajar Allah berkenan memberikan keturunan.
Pada akhirnya, do’a Sarah dan Ibrahim terkabulkan, Hajar mengalami
kehamilan. Semula, hal ini disembunyikan oleh Hajar, hal ini dilakukan guna
menjaga perasaan Sarah. Bahkan pada beberapa kesempatan, Hajar sengaja mengikat
perutnya agar kehamilannya tidak diketahui oleh Sarah. Hajar juga meningkatkan
pelayanannya kepada Sarah guna meredam rasa cemburu padanya. Pada akhirnya
kehamilan itu diketahui juga oleh Sarah. Situasi ini ternyata mengudang
kecemburuan yang teramat sangat pada diri Sarah. Perasaan iri bercampur marah,
sedih dan haru menyelimutinya. Karena cemburunya, Sarah lalu bersumpah akan
memotong tiga anggota badan Hajar. Mendengar sumpahnya, Hajar ketakutan
dan memilih kabur dari rumah. Namun, akhirnya ia kembali pulang dan Ibrahim
membujuk Sarah agar memenuhi sumpahnya dengan memotong sebagian rambutnya.
Mereka lalu hidup bersama kembali, meskipun keduanya belum bisa akur terutama
setelah hajar melahirkan puteranya Ismail.
Ibrahim akhirnya membawa Hajar dan Ismail jauh dari Sarah. Mereka di bawa
ke Makkah yang pada saat itu hanya berupa hamparan padang pasir yang gersang.
Tidak ada sumber air, karenanya tidak ada seorangpun yang tinggal disana. Tidak
ada bangunan apapun kecuali Ka’bah yang nampak mulai lapuk karena terpaan angin,
hujan, dan panas matahari. Ibrahim menempatkan istri dan anaknya ditempat yang
sepi, tidak ada teman, tidak ada rumah tempat berlindung, dan hanya dengan
bekal yang sangat sedikit. Ketika Ibrahim pergi hendak meninggalkan mereka,
Hajar mengikut dari belakang dan bertanya, “wahai Ibrahim, kemana engkau hendak
pergi dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada siapapun dan tidak ada
apapun juga”? karena pertanyaan itu tidak juga dijawabnya, Hajar lalu bertanya
lagi, “apakah Allah yang memerintahkan kamu untuk melakukan hal ini”? Ibrahim
lalu menjawab, “Ya”. Hajar kemudian berkata, “kalau begitu, Allah tidak akan
menyia-nyiakan kami”. Ia lalu kembali dan menemui anaknya di pembaringan.
Sarah sendiri pada akhirnya juga dapat hamil dan melahirkan anak yang
diberi nama Ishak. Mengenai berita akan kehamilannya dibawa oleh tiga malaikat
dari langit, yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil. Ketiga malaikat tersebut datang
bertamu ke rumah Nabi Ibrahim guna menunaikan tugas yaitu menghancurkan kaumnya
Nabi Luth yang melakukan dosa liwath (Penjelasan
mengenai hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Hud: 70-73). Bagi Sarah,
berita ini sangat mengejutkan mengingat usianya bersama Ibrahim sudah diatas 90
tahun. Disamping itu Sarah juga mengetahui dirinya sebagai perempuan mandul.
Namun dengan rahmat dan berkah dari Allah, semuanya menjadi mungkin. Bahkan
Allah kemudian menganugerahkan umur panjang kepada mereka berdua hingga masih
sempat menyaksikan kelahiran cucunya yang bernama Ya’qub as.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil beberapa hikmah. Pertama, rasa cemburu seorang istri ketika
“orang ketiga” hadir dalam keluarga adalah hal yang niscaya. Cemburu adalah
wujud kecintaan suami atau istri kepada pasangannya. Hubungan suami istri akan
terasa hambar jika tidak ada cemburu, tetapi jangan cemburu yang berlebihan. Begitupula
Sarah, dia cemburu karena dia sangat cinta suaminya, Ibrahim as. Rasulullah Muhammad
SAW, ketika mendengar Sa’ad bin Ubadah berkata, “seandainya aku melihat seorang
lelaki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedangku, dengan
sisi tajamnya, bukan dengan sisi punggunnya, beliau lalu bersabda yang artinya,
“apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad.
Sungguh aku lebih pencemburu darinya dan Allah lebih pencemburu dariku”
(HR. Bukhari).
Kedua, do’a dan tawakal adalah
sarana penting dalam menghadapi problematika keluarga. Membangun keluarga
bukanlah urusan yang sepele, bukanlah urusan gampang. Bagaimanapun,
mempertemukan dua pribadi yang serba berbeda untuk hidup dalam satu rumah,
membutuhkan proses penyesuaian yang panjang. Inilah tantangan utama dalam
membangun keluarga yang sakinah. Ada masa-masa indah, ada juga masa-masa sulit,
do’a dan tawakal sebaiknya menjadi pegangan dalam melewati masa itu. Karena
hanya dengan rahmat Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Jika Allah sudah menyatakan
jadi, maka pasti jadi. Tugas kita sebagai hamba Allah adalah berusaha dan
berdo’a, setelah itu serahkan kepada Allah.
Ketiga, hanya dari rahim kehidupan
yang sulit dan menantang, akan lahir generasi yang kuat dan membanggakan. Anak
yang telah sekian lama dinanti kehadirannya, yang membuat orang tuanya terus
berusaha, berdo’a, bersabar, serta bertawakkal, melewati masa sulit bersama,
kelak akan menjadikannya tumbuh dewasa menjadi anak yang kuat dan siap
menghadapi segala resiko. Dia akan mempunyai optimisme yang tinggi sebagaimana
optimisme kedua orang tua menantikannya, dia akan menjadi anak yang sabar
sebagaimana kesabaran orang tuanya, dan dia akan menjadi anak yang selalu
mengingat Allah sebagaimana yang dilakukan orang tua demi mendapatkannya. Inilah
yang terjadi pada Ismail dan Ishak, mereka lahir atas ikhtiar yang
sungguh-sungguh dari kedua orang tuanya. Mereka dinantikan sekian tahun
lamanya, disitu ada kesabaran, ada optimisme, ada usaha, ada do’a, lalu tawakal.
Demikian pula ketika lahir, mereka ditempa oleh berbagai macam ujian. Mereka
lalu menjadi orang-orang hebat, terpercaya, pemberi manfaat bagi masyarakat, menjadi
pemimpin bagi kaumnya, serta menjadi pembawa risalah Allah. Semoga kita dapat
diberikan keturunan yang membanggakan sebagaimana Ismail dan Ishak membanggakan
kedua orang tuanya, Amin. Wallahu a’lam
bish-shawab
Kompleks Samirono, Depok Sleman DIY, 23 Maret 2017
Belum ada tanggapan untuk "Ketika Sarah Cemburu pada Hajar"
Posting Komentar