Ilustrasi |
Sisi menarik dari anak pulau adalah kemampuannya mengeksplorasi
sumber daya laut dengan cara yang ramah lingkungan. Mereka memahami bahwa ikan,
teripang, rumput laut, kepiting, udang, penyu, beserta segala sumber daya yang terkandung
akan tetap ada untuk mereka sepanjang dimanfaatkan dengan cara yang baik. Laut
yang bagi sebagian orang adalah tempat yang sangat menakutkan sehingga harus
dihindari, justru menjadi arena bermain bagi anak-anak pulau. Di laut mereka
berselancar dengan angin, belajar berenang, mengadu kekuatan dan kecepatan
perahu, belajar menghadapi ombak dan badai, memahami tanda-tanda alam, serta
menemukan sejumlah pengetahuan bahari yang menjadi identitasnya. Terkadang
hanya ada pada mereka lalu di istilahkan dengan kearifan lokal, dan terkadang
ditemukan pula pada komunitas lain dengan istilah yang berbeda tetapi mempunyai
makna yang mirip jika tidak dikatakan sama. Semua ini terjadi karena dibentuk
oleh lingkungan yang sama, yaitu mereka bertempat tinggal diwilayah pesisir,
seperti orang Wakatobi, Buton, Mandar, Bugis, Makassar, dan Madura; atau
bertempat tinggal di laut seperti kita temukan pada masyarakat Bajo (Bajau atau
Sama).
Salah satu pengetahuan bahari yang dimiliki oleh orang Liya (Wakatobi)
adalah menjaring ikan dengan cara Banto.
Secara kebahasaan, banto berarti
menutup. Dikatakan demikian karena jaring yang dipasang dibentangkan lebih jauh
dengan model sedikit melingkar untuk menutup jalur pergerakan ikan dari wilayah
laut dalam hingga terjebak oleh air laut yang surut. Biasanya, jaring
dipasang menutup teluk, dipasang pada waktu air pasang. Asumsinya adalah pada
puncak air pasang, ikan-ikan dari laut dalam akan bermain diwilayah dangkal
mencari makanan. Ketika jaring sudah dipasang menutup (banto) pergerakan ikan dibagian laut dalam, maka ikan-ikan akan
memutar mencari ruang keluar hingga akhirnya akan terjebak oleh air laut yang
semakin menipis. Tetapi, jika ikan memaksanakan untuk keluar dengan menerobos
jaring yang telah menutupi ruang pergerakannya, maka ikan-ikan itu akan
terjerat masuk di lubang-lubang jaring. Lingkaran jaring yang mengurung atau
menutup ikan akan dibuat semakin mengecil seiring dengan semakin keringnya air
laut. Sehingga pada puncak air surut, ikan yang terjerat di dalam jaring banto akan semakin nampak. Selain arus
yang muncul karena geliat pergerakan ikan yang semakin serius mencari tempat
keluar, juga karena sirip-sirip ikan sudah mulai nampak karena semakin
menipisnya air laut. Disinilah tahapan paling menarik menangkap ikan dengan
cara banto, semua personil yang
terlibat dalam pemasangan jaring akan berlari mengejar dan menangkap ikan-ikan
yang telah terjerat dalam kurungan jaring. Lalu, ikan-ikan itu akan berenang
dengan cepat dan lincah meliuk-liuk, berbelok menelikung dibawah kaki
pengejarnya, sesekali masuk ke dalam lubang yang ditemukannya untuk mengindari
kejaran, atau bersembunyi dibawah padang lamun. Ada yang mencoba menangkap ikan
dengan kedua tangannya, caranya adalah memahami setiap bentuk penyamaran ikan
yang bersembunyi dibawah tumbuhan lamun; ada yang mengejar ikan lalu memukulnya
dengan kayu hingga tidak dapat bergerak lagi, dan ada yang berlari menggiring
ikan agar terpaksa menambrak jaring yang terbentang lalu terjerat hingga tidak
dapat bergerak lincah lagi. Proses seru ini terus berlangsung sampai ikan-ikan
yang terjerat dalam lingkaran jaring berhasil ditangkap, atau jika air laut
mulai pasang.
Sebenarnya, cara menangkap ikan dengan memasang jaring banto sangat mudah. Masyarakat mana saja
dapat lakukan, karena cukup menyiapkan jaring atau pukat secukunya sesuai
kebutuhan wilayah yang akan di banto.
Tentu, semakin luas wilayah semakin banyak pula jaring yang dibutuhkan.
Disamping itu, juga membutuhkan personil yang sedikit banyak serta butuh waktu
yang agak lama karena harus menunggu air laut pasang untuk pemasangan jaring
hingga air surut untuk mengetahui hasil yang diperoleh. Tetapi, pemasangan
jaring banto memiliki pengecualian,
yaitu khusus pada wilayah laut yang memiliki wilayah dangkal yang luas. Pada
wilayah yang memiliki sedikit wilayah dangkal akan sulit melakukan pemasangan
jaring model ini.
Keunggulan menangkap ikan dengan cara banto
adalah ikan yang diperoleh bisa sangat banyak, dikerjakan secara beramai-ramai,
dan upaya menangkap ikan yang terjerat dalam pukat sangat seru dan asyik.
Wilayah pemasangan jaring seolah menjadi arena bermain petak umpet, ikan
bersembunyi lalu dikejar, dipukul, dan ditangkap; atau seperti arena atletik
dimana masing-masing berlari mengadu kecepatan dan kemampuan guna menangkap ikan
sebanyak-banyaknya. Sedangkan sisi lemahnya adalah jika ternyata ikan yang
terjerat adalah sedikit sementara kegiatan melibatkan banyak orang dengan waktu
yang tidak singkat. Wallahu a’lam
bish-shawab.
seru banget ya kedengarannya... rasanya pengen coba tapi jaringnya ya kayak mana, ukuran meshnya berapa dan ukuran twine nya berapa juga panjangnya minimal berapa ?
BalasHapus