Madrasah |
Ketika berdiskusi tentang strategi pengembangan madrasah (MI-MTs-MA), maka seringkali yang menjadi patron pengembangan adalah sekolah (SD-SMP-SMA). Mengembangkan madrasah apakah lagi mewujudkannya menjadi madrasah unggul, rasanya kurang afdhol jika tidak membandingkannya dengan sekolah umum. Akibatnya adalah muncul tudingan adanya ketidakadilan pemerintah terhadap madrasah terutama dalam hal distribusi sumber dana dan sumber daya. Madrasah diposisikan sebagai institusi pendidikan yang jauh tertinggal dari sekolah dan pada saat yang sama diposisikan sebagai saingan sekolah umum. Mindset ini tentu keliru dan harus segera diubah. Madrasah harus dipandang sebagai institusi pendidikan yang menjadi mitra sekolah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, sekolah bagi madrasah adalah “saudara kembar” yang sama-sama memiliki tugas mulia yaitu mengajar, membina, dan mendidik generasi menjadi cerdas. Tetapi, madrasah mempunyai “ciri khas” yang membedakannya dengan sekolah. Apa ciri khas madrasah? Pertama, madrasah adalah sekolah yang berciri khas agama Islam. Konsekuensi dari ciri khas tersebut mewajibkan madrasah memiliki keunggulan dalam bidang agama islam (kognitif, afektif dan psikomotor). Kedua, madrasah adalah institusi pendidikan yang berbasis masyarakat (based on society), sehingga keterbatasan sumber dana dan sumber daya harus diterima sebagai sebuah realitas. Inisiatif pendirian madrasah berasal dari masyarakat, sehingga ketersediaan sumber dana dan sumber daya selalu paralel dengan kemampuan masyarakat itu sendiri. Berbeda halnya ketika madrasah telah berada dalam tanggungjawab pemerintah (Kementerian Agama), masalah sumber dana dan sumber daya tidak lagi menjadi kendala. Tetapi, jumlah madrasah yang berada dalam tanggung jawab pemerintah (negeri) belum seberapa bila dibandingkan dengan yang masih berada dalam tanggung jawab masyarakat (swasta).
Sampai dengan tahun 90-an, posisi madrasah seolah masih jauh dari hati masyarakat. Setiap masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya, pilihan utama adalah sekolah-sekolah favorit. Nanti setelah tidak terseleksi masuk pada sekolah-sekolah favorit, lalu terpikir untuk masuk di madrasah. Madrasah masih dianggap sebagai pilihan kedua, bukan pilihan utama dalam melanjutkan pendidikan. Akan tetapi, situasi ini lambat laun terus berubah. Sejak awal tahun 2000-an, madrasah tidak lagi menjadi pilihan kedua, tetapi sudah menjadi pilihan pertama. Madrasah-madrasah negeri mengalami booming setiap penerimaan siswa baru, sedangkan madrasah-madrasah swasta tidak lagi kekurangan peserta didik baru. Faktor internal madrasah, khususnya kualitas pengajaran, pendidikan, dan pembinaan yang semakin membaik bisa jadi menjadi salah satu pemicunya. Beragam prestasi yang terus ditoreh oleh siswa-siswa madrasah dalam berbagai ajang kompetisi menjadi indikator semakin membaiknya kualitas pendidikan di madrasah. Selain itu ada faktor ekternal, bahwa perkembangan zaman dengan kadar perubahan etika dan moral dalam masyarakat yang semakin melenceng dari nilai-nilai agama dan budaya, menjadikan masyarakat khususnya orang tua murid khawatir dengan masa depan pendidikan anak-anaknya. Pada konteks ini, madrasah dianggap sebagai tempat yang paling tepat menuntut ilmu pengetahuan sekaligus membentengi anak-anak dari pengaruh negatif perkembangan zaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat tentang madrasah telah mengalami perubahan. Madrasah telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya.
Meresponi perubahan mindset masyarakat, semestinya pengelola madrasah tidak terlena, tetapi seharusnya terus melakukan upaya pengembangan. Ada harapan masyarakat ketika anak-anaknya disekolahkan di madrasah, yaitu agar memiliki pengetahuan sebagai bekalnya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, memiliki keterampilan atau skill sebagai bekalnya memasuki atau menciptakan lapangan kerja, serta memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai ajaran agama dan budaya sebagai modalnya memasuki dunia kemasyarakatan. Ketika harapan tersebut tidak dapat diwujudkan, maka madrasah berarti telah mengabaikan harapan masyarakat. Padahal, mewujudkan harapan tersebut bukanlah perkara mudah, oleh karena itu membutuhkan kerja serius dan kerja bersama. Mengembangkan madrasah tidak mesti mengkomparasikannya dengan sekolah, tetapi lebih bijak melakukan evaluasi internal untuk mengetahui potensi yang dimiliki madrasah. Keunggulan apa yang akan dikembangkan, keunggulan apa yang telah dimiliki sehingga perlu dipertahankan, serta apa kelemahan yang dimiliki sehingga perlu dikembangkan. Ketiga aspek tersebut dapat dibuatkan tabel klasifikasi sebagai berikut;
Aspek Keunggulan
|
Type Madrasah
|
||||
Type 1
|
Type 2
|
Type 3
|
Type 4
|
Type 5
|
|
Sains dan Teknologi
|
⁺
|
⁺
|
⁺
|
⁺
|
⁻
|
Spiritual Keagamaan
|
⁺
|
⁺
|
⁺
|
⁻
|
⁻
|
Bahasa dan Seni
|
⁺
|
⁺
|
⁻
|
⁻
|
⁻
|
Sosial dan Humaniora
|
⁺
|
⁻
|
⁻
|
⁻
|
⁻
|
Keterangan;
|
|||||
Tanda
|
⁺
|
Keunggulan
|
|||
Tanda
|
⁻
|
Kelemahan
|
Belum ada tanggapan untuk "Mengembangkan Madrasah Unggul"
Posting Komentar